Pagi ini, dia terburu-buru ketika berangkat kerja. Kakinya sudah hafal betul kemana arah langkahnya. Bahkan walau pikirannya sibuk, kakinya tetap pada arah yang benar. Ketika langkahnya sudah agak menjauh dari rumah, dia berpapasan dengan saudaranya. Setelah saling menyapa, dia melanjutkan langkahnya namun kali ini dengan seulas senyum yang masih menghiasi wajahnya. Saudaranya telah pergi menjauh, namun gadis itu masih terus tersenyum.
Tidak jauh darinya, ada seorang pria yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Gadis itu terlambat menyadari kehadiran pria itu karena kepalanya agak tertunduk sesaat setelah berpapasan dengan saudaranya. Senyum yang menghiasi wajah gadis itu, perlahan memudar. Dia berusaha menyamarkan raut wajahnya dengan telapak tangan yang sengaja dinaikan. Pagi ini tidak terlalu panas, kenapa dia seolah menghalau wajahnya seperti terkena terpaan sinar mentari? Oh! Dia khawatir kalau pria itu mendapati wajahnya yang masih tersenyum sendirian....
Langkah gadis itu semakin hati-hati, dengan telapak tangan yang masih menghalau wajahnya. Padahal tidak silau sama sekali! Dan langkah pria itu, semakin mendekat dengannya. Gadis itu berusaha untuk tidak melirik pria itu. Ketika akhirnya, langkahnya berpapasan dengan langkah pria itu, dia bisa mendengar dengan jelas suara yang pastinya hanya bisa didengar oleh dirinya dan pria itu.
'Cantik.'
Untuk beberapa detik, gadis itu agak bingung. Tapi kakinya tetap melangkah. Dia berusaha mencerna kata yang diucapkan pria itu. Pikirannya terus bertanya-tanya. Pasti kata itu cuma ditujukan untuk aku kan? Cuma aku yang ada di jalan ini. Dan dia mengucapkan kata itu persis di sampingku? Tapi kenapa begitu? Menurutku, aku nggak cantik?
Ya, gadis itu tidak pernah merasa dirinya cantik. Bahkan, dia selalu merasa heran jika ada orang yang menyebutnya cantik. Dia bukanlah gadis cantik
Tidak jauh darinya, ada seorang pria yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Gadis itu terlambat menyadari kehadiran pria itu karena kepalanya agak tertunduk sesaat setelah berpapasan dengan saudaranya. Senyum yang menghiasi wajah gadis itu, perlahan memudar. Dia berusaha menyamarkan raut wajahnya dengan telapak tangan yang sengaja dinaikan. Pagi ini tidak terlalu panas, kenapa dia seolah menghalau wajahnya seperti terkena terpaan sinar mentari? Oh! Dia khawatir kalau pria itu mendapati wajahnya yang masih tersenyum sendirian....
Langkah gadis itu semakin hati-hati, dengan telapak tangan yang masih menghalau wajahnya. Padahal tidak silau sama sekali! Dan langkah pria itu, semakin mendekat dengannya. Gadis itu berusaha untuk tidak melirik pria itu. Ketika akhirnya, langkahnya berpapasan dengan langkah pria itu, dia bisa mendengar dengan jelas suara yang pastinya hanya bisa didengar oleh dirinya dan pria itu.
'Cantik.'
Untuk beberapa detik, gadis itu agak bingung. Tapi kakinya tetap melangkah. Dia berusaha mencerna kata yang diucapkan pria itu. Pikirannya terus bertanya-tanya. Pasti kata itu cuma ditujukan untuk aku kan? Cuma aku yang ada di jalan ini. Dan dia mengucapkan kata itu persis di sampingku? Tapi kenapa begitu? Menurutku, aku nggak cantik?
Ya, gadis itu tidak pernah merasa dirinya cantik. Bahkan, dia selalu merasa heran jika ada orang yang menyebutnya cantik. Dia bukanlah gadis cantik