Langkah-langkah kecilku menapaki rumput yang hijau. Di belakang sekolah SD ada sebuah lapangan bola yang luas. setiap sore banyak sekali yang datang ke sana untuk bermain bola. Ada juga yang sekedar berjalan-jalan sore, bersantai bersama keluarga. Menikmati matahari senja yang hangat. Semilir angin akan terasa sangat lembut, membelai rambutku yang panjangnya tidak lebih dari sebahu.
"Awas...jangan injak rumput yang itu." Seorang temanku berteriak. Aku segera menghindar dari deretan rumput yang menjalar indah dengan bunga-bunga berwarna merah muda.
"Kenapa gak boleh di injak?" Aku menghampiri temanku."Rumput ini bagus, bunganya lucu, bulat-bulat warna pink."
"Iya bagus,,,,tapi kakimu bisa berdarah-darah kalau menginjaknya." Dia menarik tanganku. Kami mendekati rumput yang tadi hampir aku injak."Ini namanya putri malu, lihat deh." Dengan ujung jari telunjuknya, temanku menyentuh daun-daun kecil yang sedang merekah. Dalam sekejap mata beberapa tangkai daun yang terkena sentuhan jari, langsung mengatupkan helai daun disekitarnya. temannku tersenyum "Lucu kan daunnya, kalau kita sentuh langsung tertidur semua. Makanya di kasih nama putri malu. haha."
Aku ikut tertawa. Kami membuat semua daun putri malu menjadi tertidur. Temanku menunjuk duri yang berada di sekitar batang tumbuhan putri malu. Itulah yang dia peringatkan padaku, jangan menginjaknya, nanti kakiku bisa berdarah.
Setelah puas bermain dengan putri malu, kami berkeliling untuk mencari belalang. Sebenarnya aku takut serangga, jadi yang menangkap belalang hanya temanku saja. Aku berdiri dibelakangnya memegang hasil tangkapan. Sebuah kantong plastik kecil, aku genggam erat-erat. Di dalamnya terdapat beberapa belalang kecil hasil tangkapan temanku. Untuk menghalau belalang agar tidak dapat keluar dengan mudah, di dalam kantong plastik aku memasukan beberapa helai rumput kecil. Aku tidak menghitung jumlah belalang, takut sekali memandang kaki belalang yang mencakar-cakar helaian daun.
Kami kelelahan karena berlari-lari mengejar belalang, mengendap-endap saat belalang sudah di depan mata. Setelah cukup puas dengan hasil tangkapan belalang, Kami duduk di atas rumput dan memandang langit senja.
"Hey lihat ada capung!" Temanku berdiri dan mengejar capung kecil yang berwarna merah. Tidak jauh dari tempatku duduk, seekor capung kecil berwarna hitam kehijauan, berlalu lalang di depan mataku. Apa sih yang dilakukan capung itu? dia mau pamer kehebatannya mengelilingi angkasa?
Karena kesal pada capung itu, aku mengusirnya dengan melempar sejumput rumput yang ada di sampingku. pergilah capung itu dari hadapanku. Aku benci serangga, sungguh menyebalkan harus memegang sekantong plastik isi belalang!
Kemana sih temanku itu?
"Udah dapet capungnya....haha, warna merahnya lucu kan?" Temanku duduk lagi di sampingku.
Aku sungguh tidak tertarik dengan belalang ataupun capung hasil tangkapannya, tapi aku tetap senang melihat keberhasilan temanku "Iya, lucu. tapi kasihan mereka, jadi gak bisa terbang."
Temanku diam. Memandang capung dan belalang yang ada di kantong palstik. 'Iya, kasihan juga mereka. Kita lepas aja yuk!"
Aku memberikan kantong plastik yang berisi belalang, Biar temanku saja yang melepas mereka. Aku takut, kalau belalangnya keluar dari kantong plastik nanti bisa hinggap di tubuhku.
"Udah sore, kita pulang yuk." Aku berdiri dan membersihkan beberapa rumput yang menempel di bajuku.
"Ayo...! besok main lagi ya."
Kami pulang ke rumah dengan bergandengan tangan. Senja yang indah, matahari berwarna kecoklatan dan beberapa capung berterbangan secara berkelompok. Di mana para serangga akan tidur?
Aku tertawa dan berkata dalam hati 'tentu saja mereka tidur di rumput'
***
This story made by me.
Jakarta, April 6, 2011
"Awas...jangan injak rumput yang itu." Seorang temanku berteriak. Aku segera menghindar dari deretan rumput yang menjalar indah dengan bunga-bunga berwarna merah muda.
"Kenapa gak boleh di injak?" Aku menghampiri temanku."Rumput ini bagus, bunganya lucu, bulat-bulat warna pink."
"Iya bagus,,,,tapi kakimu bisa berdarah-darah kalau menginjaknya." Dia menarik tanganku. Kami mendekati rumput yang tadi hampir aku injak."Ini namanya putri malu, lihat deh." Dengan ujung jari telunjuknya, temanku menyentuh daun-daun kecil yang sedang merekah. Dalam sekejap mata beberapa tangkai daun yang terkena sentuhan jari, langsung mengatupkan helai daun disekitarnya. temannku tersenyum "Lucu kan daunnya, kalau kita sentuh langsung tertidur semua. Makanya di kasih nama putri malu. haha."
Aku ikut tertawa. Kami membuat semua daun putri malu menjadi tertidur. Temanku menunjuk duri yang berada di sekitar batang tumbuhan putri malu. Itulah yang dia peringatkan padaku, jangan menginjaknya, nanti kakiku bisa berdarah.
Setelah puas bermain dengan putri malu, kami berkeliling untuk mencari belalang. Sebenarnya aku takut serangga, jadi yang menangkap belalang hanya temanku saja. Aku berdiri dibelakangnya memegang hasil tangkapan. Sebuah kantong plastik kecil, aku genggam erat-erat. Di dalamnya terdapat beberapa belalang kecil hasil tangkapan temanku. Untuk menghalau belalang agar tidak dapat keluar dengan mudah, di dalam kantong plastik aku memasukan beberapa helai rumput kecil. Aku tidak menghitung jumlah belalang, takut sekali memandang kaki belalang yang mencakar-cakar helaian daun.
Kami kelelahan karena berlari-lari mengejar belalang, mengendap-endap saat belalang sudah di depan mata. Setelah cukup puas dengan hasil tangkapan belalang, Kami duduk di atas rumput dan memandang langit senja.
"Hey lihat ada capung!" Temanku berdiri dan mengejar capung kecil yang berwarna merah. Tidak jauh dari tempatku duduk, seekor capung kecil berwarna hitam kehijauan, berlalu lalang di depan mataku. Apa sih yang dilakukan capung itu? dia mau pamer kehebatannya mengelilingi angkasa?
Karena kesal pada capung itu, aku mengusirnya dengan melempar sejumput rumput yang ada di sampingku. pergilah capung itu dari hadapanku. Aku benci serangga, sungguh menyebalkan harus memegang sekantong plastik isi belalang!
Kemana sih temanku itu?
"Udah dapet capungnya....haha, warna merahnya lucu kan?" Temanku duduk lagi di sampingku.
Aku sungguh tidak tertarik dengan belalang ataupun capung hasil tangkapannya, tapi aku tetap senang melihat keberhasilan temanku "Iya, lucu. tapi kasihan mereka, jadi gak bisa terbang."
Temanku diam. Memandang capung dan belalang yang ada di kantong palstik. 'Iya, kasihan juga mereka. Kita lepas aja yuk!"
Aku memberikan kantong plastik yang berisi belalang, Biar temanku saja yang melepas mereka. Aku takut, kalau belalangnya keluar dari kantong plastik nanti bisa hinggap di tubuhku.
"Udah sore, kita pulang yuk." Aku berdiri dan membersihkan beberapa rumput yang menempel di bajuku.
"Ayo...! besok main lagi ya."
Kami pulang ke rumah dengan bergandengan tangan. Senja yang indah, matahari berwarna kecoklatan dan beberapa capung berterbangan secara berkelompok. Di mana para serangga akan tidur?
Aku tertawa dan berkata dalam hati 'tentu saja mereka tidur di rumput'
***
This story made by me.
Jakarta, April 6, 2011