Udahlah tuh, ternyata yang komen makin banyak...makin lama banyak pertanyaan yang menjurus pada keraguan atau ketidakpercayaan terhadap...Tuhan? Atau yang berhubungan dengan itu.
Jujur, dulu aku juga sempat begitu. Ragu dan bertanya-tanya, apa-kenapa-bagaimana dan lain-lain. Untungnya, aku dikasih pendidikan agama yang cukup untuk membuat keyakinanku terhadap agama yang aku anut semakin kuat. Sayangnya sih, pendidikan itu hanya aku pegang erat selama masa sekolah. Lulus dari sekolah, bekal-bekal agama itu...sedikit demi sedikit luntur. Tapi nggak membuat keyakinanku luntur.
Aku punya keyakinan, asal kita mau berusaha dan percaya. Keajaiban sekecil apapun pasti terjadi, dan tentunya itu bukan keajaiban yang tiba-tiba muncul begitu saja kayak ilmu sihir. Keajaiban itu tentunya datang dari Tuhan. Aku berdo’a, meminta pada-Nya, dan mengadukan semua masalahku...berharap diberi jalan keluar terbaik. Terjadilah sesuatu, yang aku selalu bilang keajaiban. Setiap aku berhasil keluar dari masalah atau hal buruk, aku menyebutnya keajaiban.
Tapi ada orang yang nggak percaya dengan semua itu. Mungkin bukannya nggak percaya, tapi belum percaya dan masih bertanya-tanya agar semua tindakan itu dapat diterimanya sebagai kehendak Tuhan. Oh, waktu itu sempet juga sih...ada orang yang berbeda keyakinan dengan agamaku dan ikut mempertanyakannya.
Nggak semua aku ikutin sih perdebatan itu, cuma menyimak beberapa. Waktu bahasannya udah mulai bikin otakku panas, aku lebih milih keluar. Pertama karena keyakinanku nggak sekeras batu, aku takut goyah karena kalimat-kalimat yang mungkin aja bisa menyesatkan. Kedua karena dua minggu yang lalu, Ayahku baru aja meninggal. Gimana bisa....aku mempertanyakan semua-semua itu padahal aku berusaha sekuat iman dan tenaga supaya jadi anak yang baik agar semua do’a untuk ayahku bisa diterima oleh Allah SWT.
Aku inget, ada guru ngajiku yang pernah bilang begini, “Jangan mempertanyakan hal yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran kita. Sesuatu yang ghaib, berusahalah untuk dipahami dan dipercayai saja. Jangan terlalu banyak bertanya kenapa dan bagaimana. Kalau kita masih ingin bertanya dan bahkan belum mempercayainya, tanyalah pada Allah. Niscaya kamu akan mendapat petunjuk dari-Nya. Bacalah Al-Qur’an, karena di dalamnya terkandung pedoman hidup yang hakiki.”
Dan sekarang aku baru sadar, kenapa waktu itu aku nggak bilang “Wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 yang bunyi ayat pertamanya adalah ‘Iqra’. Arti dari Iqra adalah Bacalah. Bacalah Al-Qur’an jika kamu masih meragu dan belum percaya. Bahkan jika kamu masih meragukan keaslian dari Al-Qur’an, seharusnya aku bisa bertanya ‘Apakah kamu sudah membaca seluruh isinya? Arti dari ayat-ayat yang terkandung di dalamnya?’ Jangan meragukan sesuatu yang bahkan belum kamu tahu keseluruhannya. Dan kalau sudah benar-benar dibaca, tapi masih tidak percaya. Itu hak setiap orang untuk menentukan keimanannya."
Aku masih inget, setiap cerita-cerita selalu diceritain sama Guruku. Mulai dari jaman sebelum Nabi Adam, Proses terciptanya Nabi Adam sebagai manusia pertama. Terciptanya Hawa, beserta keturunan Nabi Adam yang terus-menerus. Kisah Nabi-nabi selanjutnya dan 25 Rasul yang wajib diketahui. Cerita tentang malaikat, iblis dan semua makhluk ghaib lainnya. Keadaan sebelum dan sesudah lahirnya Nabi Muhammad SAW. Aku juga inget cerita tentang Nabi Muhammad yang Hatinya dikeluarkan oleh malaikat Jibril, kemudian dicuci. Dan Cerita bagaimana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dan terakhirnya.
Jadi, aku nggak ingin bertanya kenapa dan bagaimana. Karena pada dasarnya, aku sudah percaya tanpa harus bertanya kenapa dan bagaimana.