1. Buku masakan / resep masakan.
Alasannya karena aku pasti lebih suka melihat gambar masakannya daripada membaca cara untuk membuatnya. Aku nggak gitu suka masak. Dan biasanya panduan masak-memasak ekspetasinya suka jauh banget dari kenyataan (baca: gagal) Atau aku lebih suka diajarkan masak secara langsung tanpa ngebaca resep. Lebih suka juga belajar memasak dari video. Lebih real aja kayaknya.
2. Buku Traveling / backpakers.
Serius. Aku paling konsisten untuk nggak mau ngebaca buku jenis ini. Bukan karena aku nggak suka, tapi ngebaca buku jenis ini nggak akan nambah pengetahuan buatku. Yang ada....aku malah jealous sama penulisnya T^T huhuhuhu....aku suka traveling, tapi setiap ngebaca buku-buku atau cerita yang berhubungan traveling always make me feel uncomfortable. I always think...i wish can there...i wish can be here T^T maybe someday....someday...someday. Dan yang pastinya, aku nggak pengen nambah wish list visiting country to around the world. Mungkin ada 3 yang wajib. Kalau nggak kesampaian, bener-bener akan jadi khayalan semata :D
3. Buku Motivasi
Aku suka serial chicken soup. Jack canfield, bagiku bukan seorang motivator. Tapi aku anggap sebagai inspirator. Padahal, banyak orang menganggap kalau tulisan Jack canfiled (dkk) katanya termasuk jenis motivasi. Aku lebih suka berpikir inspirasi. Orang yang memberi inspirasi buatku lebih mengagumkan daripada seseorang yang (sok) menjadi motivator.
Kenapa aku sebegitu nggak sukanya sama buku-buku motivasi? Karena....walaupun tema masalah yang diangkat adalah sama, belum tentu rasanya sama kalau kita mengalaminya sendiri. Mereka (si para penulis motivator) bisa aja menyebut bla bla bla untuk memberi semangat atau solusi atau mungkin jalan keluar briliant! Tapi mereka nggak tahu apa yang sebenarnya dirasain sama si X. Mereka bisa aja bilang, "Saya ngerti kok apa yang kalian rasakan, saya juga merasakan kesedihan yang sama, saya juga pernah mengalaminya, saya juga tahu kondisinya bagaimana...."
Man....you never know exactly.
Kapan aku mulai nggak suka sama buku motivasi? Bulan Mei tahun ini, ayahku pergi untuk selama-lamanya. All of my family and friend, trying to help or understand me. But...they never know how deep the sadness in my heart.
"I know what you feel, i know you sad, i know you bla bla bla...."
The true is, they didn't know everything. Time goes on, and then I realize....
Aku nggak akan pernah tahu bagaimana rasanya kalau orang yang aku cintai pergi untuk selamanya, terlebih lagi orangtua, sampai kamu mengalaminya sendiri. Jadi sejak saat itu, aku menyimpulkan. Aku atau kalian nggak akan pernah tahu sesuatu yang dialami oleh seseorang sampai kita benar-benar mengalaminya sendiri.
OK. Mungkin sebagian orang ada yang berhasil dengan cara motivasi.
For me? It doesnt work :)
Aku lebih butuh teman untuk cerita, daripada seorang motivator. Mereka ada didekat aku aja, kayaknya udah bisa bikin aku semangat untuk melewati segala kesedihan atau kesusahan. Luka itu akan mengobati dirinya sendiri. Perlahan waktu yang terbuang pasti akan menyembuhkan luka.
Duh? Jadi melo gini sih akhirnya. Huhu. Tiap saat aku ngebahas sesuatu yang berhubungan dengan my dad, i feel so sad. I think it doesnt matter five or ten years later, i wanna crying when i remember about my dad....
Ok. stop. i dont want to crying this time :)
***
Udah, kayaknya buku itu aja deh. Nggak tahu nanti kalau suatu hari ada kepikiran nambah backlist buku lagi. Oops. Sorry, i didnt mean to hate this books. I just dont want to read it :(