Love what you do.
Kalian pasti pernah melihat kalimat di atas. Buat saya, kalimat itu seperti perintah. Tapi saya nggak bisa bebas melakukan hal yang saya cintai. Saya bahkan nggak mencintai apa yang saya lakukan. Oke, mari kita sebut, malam ini saya sedang galau.
Hidup seperti tidak memberi kesempatan pada saya untuk melakukan hal-hal yang cintai. Atau mungkin, saya yang kurang kuat berusaha jadi tidak bisa melakukan hal-hal yang saya cintai.
Tahun-tahun belakangan ini saya sibuk. Entah sibuk mengerjakan apa, mengejar apa. Saya bahkan nggak ngerti, saya bisa bertahun-tahun sibuk melakukan hal yang tidak saya cintai dan bahkan hampir melupakan hal-hal yang saya cintai. Tapi, semacam diberi hidayah atau apa, saya berani bilang STOP. Cukup sampai di sini. Mau sampai kapan saya melakukan hal monoton?
Saya nggak bisa dibilang cukup pintar untuk melakukan hal-hal yang baru. Saya hanya punya kemauan yang kuat untuk belajar hal-hal baru. Percayalah, belajar hal yang baru bukan hal yang enak untuk dinikmati. Kadang saya malah mikir, “Ngapain sih, saya melakukan hal ini.” Saat itu jawabannya, karena UANG! Iya, saya bisa bertahan melakukan hal-hal yang perlahan saya benci demi UANG! Bahkan, kalau stress udah melanda, mendadak hilang tiap kali saya bisa melihat hasil jerih payah saya, hasil kerja keras saya dalam bentuk uang ataupun materi. Apa uang bisa membuat orang bahagia? ENTAHLAH.
Latar pendidikan saya sekretaris, tapi entah bagaimana nekatnya saya saat itu, sampai bisa kerja di bidang tour and travel yang harusnya berlatar pendidikan pariwisata. Modal nekat dan mau belajar, akhirnya saya paham bagaimana operasional kerja LIKE PRO! LIKE BOSS! IYA! Akhirnya saya pintar dengan sendirinya karena belajar secara otodidak. Naluri saya yang nuntut harus bisa pokoknya harus bisa!
Nggak cukup sampai di situ kenekatan saya. Saking jenuhnya duduk hampir setiap hari depan komputer, saya merasa perlu pekerjaan yang semacam nomaden. Saya bosan bolak-balik tempat yang sama tiap hari, ketemu orang itu lagi, itu lagi. Akhirnya saya nekat berhenti kerja, dan besoknya langsung ikut event di Mal yang belum pernah saya datangi sebelumnya. YAK! Saya nekat jadi SPG. Padahal saya nggak ngerti, itu gimana rasanya jadi SPG, gimana caranya, gimana kerjanya, gimana, dan gimana yang lainnya. Teman saya bilang, saya turun derajat. Karena posisi saya waktu itu, bisa dibilang...asisten owner. Saya yang mengatur segala macem yang ada di tempat saya kerja. Lalu tiba-tiba saya kerja jadi SPG. Oke, baiklah waktu itu saya iseng. Cuma mau ikut satu kali event aja. Selesai itu, saya memang niat cari kerja di bidang yang lain. Tapi takdir berkata lain.
Entah karena faktor Luck atau emang saya udah semakin pintar beradaptasi dengan hal baru, saya malahan terus dikasih event-event. Bahkan ketika saya mau berhenti, setelah dua-tiga bulan kemudian, saya seperti dikasih pilihan salary yang waktu itu lebih dari cukup dan tinggal menikmati pekerjaan yang sekarang atau cari lagi pekerjaan yang lebih baik. Entah apa itu, saya juga bingung belum ada pilihan. Mau tidak mau, saya memilih opsi pertama yang entah untung atau apa lagi....yang jelas setelah saat itu, karir saya malah naik peringkat. Saya bukan SPG lagi. Hal-hal yang saya pahami, jauh lebih cepat dari rekan kerja saya yang lain. Saya jadi bingung! Apa saya segigih itu kalau bekerja? Padahal saya nggak mencintai apa yang saya kerjakan. Apa saya terlalu buta, kalau sebenarnya saya mencintai apa yang saya kerjakan? Saya nggak ngerti! Yang jelas, saya mulai tidak disukai oleh rekan kerja. Bukan karena saya buruk dalam bekerja. Tapi karena saya selalu bagus dalam setiap pekerjaan. Hal yang saya bisa, cuma perlu saya pelajari kurang dari setahun. Sedangkan mereka, butuh bertahun-tahun dan tahapan –tahapan untuk bisa ada di posisi saya!
Ya Tuhan, engkau maha tahu kalau saya bukan orang yang sombong. Saya cuma nggak bisa diam kalau ada orang yang benci sama saya. At first ya, saya berusaha sabar menghadapi mereka karena saya paling junior. Tapi what ever lah! Kalau mereka semakin merajalela, saya yang waras lebih baik mengalah.
Oh, shit. Saya malah curhat gembel nggak jelas kayak gini. Never mind, saya tetap berusaha optimis! Banyak jalan menuju Roma! Saya ingin membuktikan, lebih kepada diri sendiri kalau saya bukan tipikal orang yang mudah menyerah.
Mungkin memang saya tidak mencintai apa yang saya kerjakan. Belakang saya sadar, saya lebih banyak kerja pakai otak, bukan pakai hati. Setidaknya saya masih waras, jadi hasil kerjanya masih baik. Kalau pakai hati, wah ndak tahu ya gimana hasilnya! Saya aja ngeri ngebayanginnya.
Cheers.
Keep fighting.
And happy birthday to me.
#OneWeekOneBlog