I know, you are too good to be true.
Tapi, mungkin, sosok Ferre pastilah ada di kehidupan nyata. Entah ada di mana dia sekarang. Yang jelas, akan aku menaruh rasa simpati yang besar untuk dia, karena dia mencintai orang yang salah. Oops! Ralat. Seperti yang Ferre bilang, dia tidak mencintai orang yang salah, tapi kondisi yang salah! Semua ini salah kondisi!
Kasihan sekali ksatria yang satu ini. Puteri yang dicari-cari olehnya ternyata sudah menjadi milik seorang pangeran yang juga teramat sangat mencintai Sang Puteri.
Thats why, I want tell you, Ferre. I Love You so much.
Biar Ksatria yang satu ini tahu kalau masih buanyaaakkkk wanita di pinggir dunia lain yang masih available untuk dijadikan Istri. Bukan Rana yang sudah punya Pangeran Arwin =)
***
Berhubung akun goodreads-ku nggak bisa kebuka. Nggak tahu kenapa nggak bisa sign-in. Jadi aku buat aja Review plus+plus-nya di sini.
Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (Supernova #1)
Yang diatas itu bukan Review loh…sungguh bukan review, yang diatas hanya ungkapan suka buat Ferre <3
Jadi, dulu (Dulu banget-banget pokoknya)…aku udah pengen ngebaca buku ini. Tapi nggak pernah terealisasi sama sekali. Tapi akhirnya dibuka juga, mungkin bulan kemarin, atau bulan kemarinnya lagi. Dan baru benar-benar aku baca kemarin. Seharian itu aku terkikik amit-amit setiap ada bagian yang menurutku lucu banget. Bulan-bulan yang lalu itu aku nggak niat pengen baca karena bagian awalnya nggak enak banget. Tapi pas kemarin aku buka-buka lagi, ih kok…ada makhluk sejenis Ferre sih…..imut banget-banget kalau Ferre lagi panik. Sama dengan Diva, aku lebih suka menyebut Ferre daripada Re.
Lupakanlah tentang latar belakang dua manusia gay yang sok eksotis dan berniat membuat sebuah masterpiece. Anggap saja mereka sebagai penulis eksotis. Penulis yang seenaknya aja menjungkir balikan nasib tokoh-tokoh yang mereka buat. Tapi bagiku, disitulah serunya….soalnya aku ngebaca novel ini di saat aku lagi nulis sebuah novel dan mulai jenuh dengan karakter-ku yang gitu-gitu aja kehidupannya. Ih, monton sekali. Nampaknya aku ini kurang eksplor tentang karakter yang aku buat deh. Jadi selalu ada titik jenuh setiap kali aku menghadapi karakter fiksi ciptaan-ku. Nggak berkembang, dan pasif. Selama ini kayaknya aku terlalu bermain pada alur dan gaya cerita. Bukan pada karakter dan segala macam filosofinya.
Aku suka setiap detail karakter yang ada di Supernova #1 ini, benar-benar bisa mempengaruhi pembacanya. Cerita sewaktu Ferre ada di rumah sakit dan panik karena Rana dioperasi, dan dia tidak bisa berbuat banyak karena ada Arwin – suami Rana yang mendampingi Rana dengan sangat..sangat entahlah. Aku juga bingung harus bersimpati juga sama Arwin atau aku lebih baik bersimpati sama Ferre aja?
Arwin bilang, dia sangat mencintai seorang wanita, dan wanita itu adalah istrinya. Tapi Istrinya mencintai orang lain....Tuh! Bagian itu, menurutku benar-benar mengaduk-ngaduk emosi pembaca.
Apalagi bagian akhir, benar-benar berbanding terbalik dengan bagian awal, bagian akhir rasanya aku ikut nelangsa banget sih....gara-gara Ferre :(
Alurnya juga unik banget-banget deh. Bener-bener mengikat pembaca supaya mengikuti jalan cerita. Dan semakin lama, dua mahkluk gay itu seolah memegang kekuasan penuh dan tanpa batas. Karakter-karakternya semua berhasil diikat dengan rantai dan sambung-menyambung, kadang sambungan itu dilepas begitu aja. Dan disambung lagi, dan diputar balik, dst…
Kalau tentang unsur-unsur riset sains dan fisika dan sejenisnya, ah aku sih nggak tertarik bagian itu. Aku cuma suka ramuan roman yang dibuat melewati batasan klasik dan universe. Apalagi ya? Nanti deh aku tambahin kalau sudah baca yang kedua kalinya. Novel ini patut untuk dibaca lebih dari satu kali :)