Semalam aku baca lagi, tapi cuma dikit, bagian Arwin.
Dan tadi pagi, aku jadi kepikiran karakter Arwin. Ternyata bisa juga menggugah hati. Hati...hatiku sih lebih tepatnya :)
Awalnya aku merasa kasihan, tapi entah kenapa, setelah aku ngebaca lagi, aku malah bangga sama arwin!
Arwin punya hati yang begitu besar, yang sanggup menampung cinta pada istrinya yang mencintai pria lain. Bahkan arwin merasa bersalah karena menjadi penghalang kebahagian istrinya. Walaupun arwin tahu tentang perselingkuhan istrinya, tapi dalam hatinya nggak ada sedikitpun perasaan benci. Dia bahkan nggak membenci pria kedua itu, karena pria kedua itu bisa memberi kebahagian yang nggak bisa diberikan oleh Arwin untuk istri tercintanya, Rana.
Asalkan Rana bahagia, Arwin akan tetap bahagia. Dia bahkan rela menukar kebahagiannya dengan kesedihan agar istri tercintanya bisa merasa bahagia. Kebahagian Rana adalah kebahagian Arwin, kesengsaraan Rana juga kesengsaraan Arwin.
Sampai pada suatu titik, Arwin sadar kalau dia telah menjadi penghalang kebahagian istrinya. Lalu dia memutuskan untuk melepas istrinya bersama dengan pria kedua. Arwin tahu, pria kedua itu juga sangat mencintai Rana. Begitu juga dengan Rana yang sangat mencintai selingkuhannya yang bernama Ferre. Rana dan Ferre saling mencintai. Itu sudah cukup bagi Arwin untuk mengambil keputusan.
Arwin, mengatakan keputusannya, tepat disaat Rana juga sudah membuat keputusan. Mereka berdua sudah siap untuk berpisah. Entah karena rasa cinta Arwin yang begitu besar, atau karena rasa bersalah Rana pada Arwin, tiba-tiba saja sesuatu yang baru melingkupi mereka berdua. Cinta. Cinta yang baru. Arwin yang sudah siap melepas Rana untuk mendapatkan kebahagian yang nggak bisa diberi oleh Arwin, tiba-tiba saja terkejut karena ternyata Rana malah kembali merangkul dirinya dengan penuh cinta! Itu bukan pelukan perpisahan, tapi pelukan seseorang yang kembali. Cinta yang dulu perlahan pernah pudar, sekarang telah lahir kembali. Cinta yang baru. Rana yang baru. Rana yang mungkin telah sadar dengan pesan dari ibunya.
"Ketika seorang wanita telah menikah kemudian menjadi seorang istri, dan akhirnya menjadi seorang ibu, kebahagian yang dirasakannya bukanlah kebahagian untuk dirinya sendiri, tapi kebahagian untuk suaminya dan anaknya, dan keluarganya."
**
Duh, duh...pagi-pagi, hujan-hujan pula, aku udah sok melankolis gini deh. Hebat bener ini buku supernova. Karakternya bisa aku eksplor sendiri. Dan bahkan aku belum menemukan jalan untuk mengeksplor karakter ciptaanku OTL. Udah sempet-sempetnya mengeksplor karakter buat orang yang ajaib banget.
Ajaib versiku, kayaknya aku lebih sering mengaplikasikan karakter fiksi buatanku ke dalam diriku sendiri deh. Kadang kalau aku sedang meneruskan cerita, misalnya tentang si A dalam fokus cerita, aku berusaha untuk berpikir/bersikap seperti A.
Kalau aku adalah A, aku nggak mungkin berpikir kayak gitu, si A- nggak mungkin berkata kayak gitu, dan seterusnya sampai aku merasa kalau aku adalah A. Aneh nggak ya? Jangan-jangan aku sendiri doang yang merasa seperti memakai avatar kalau lagi nulis -__-
Beginilah nasib seorang amatir dan pemula, dan serba tidak-tahu...