Sepanjang pagi ini aku kuat-kuatin diri supaya enggak nangis. Alasannya karena hari ini di rumah lagi banyak keluarga. Bukan kebetulan...tapi karena hari ini mau ada tahlilan 40 hari meninggalnya Ayahku. Semalem keluarga Ibuku yang dari Bogor, agak pang-ling ketemu aku karena udah lama banget nggak ketemu. Mereka cuma ingat waktu aku masih kecil sering dipanggil anak cina, karena katanya kulitku putih dan beda dari adek-adekku -___-"
Akhirnya, Ibuku bilang...dulu waktu masih bayi aku sering dipanggil anak 'Encek' (Panggilan/Sapaan untuk laki-laki keturunan cina). Padahal aku pribumi asli jakarta. Cuma aku sering banget main di rumah kerabat yang keturunan cina. Sampai akhirnya, mereka udah seperti keluarga buat keluargaku. Apalagi di lingkunganku juga banyak orang-orang 'Cina'. Heran juga sih, kalau aku dibilang cina...secara juga tampangku gak kecina-cinaan. Mata juga gak sipit.
Yah. Back to the topic.
Sejam yang lalu, aku lagi asyik haha-hihi di Facebook. Tiba-tiba ada suara pintu diketok....dan ternyata....dikasih tahu kabar duka.
"Papanya Cia meninggal."
Aku langsung istighfar. Bingung mau ngomong apa.
Tapi nggak tahu kenapa, aku udah ada firasat kalau Abang itu emang nggak lama lagi. Soalnya waktu si bibi nungguin Papanya cia...katanya udah parah banget sakitnya. Dia kena kanker. Tadinya dirawat di rumah sakit cipto, cuma karena penyakitnya belum terdeteksi akhirnya dirujuk ke rumah sakit kanker dharmais. Di sana pun begitu, belum dioperasi karena kankernya belum diketahui jenis apa. Udah lumayan lama sakitnya. Kurang-lebih sebulanan di rumah sakit. Tapi nggak ada tanda-tanda akan sembuh.
Aku yang lagi depan PC. Mendadak bengong. Terus ngebuka folder foto-fotonya Cia. Kasian banget dia, masih TK udah kehilangan Papanya. Mamanya juga pasti syok banget...belum lagi Neneknya yang beberapa bulan lalu suaminya meninggal. Jadi sekarang, aku nggak bisa lagi nahan diri untuk nggak nangis.
Bulan kemarin, waktu Ayahku meninggal...aku nggak bisa berhenti nangis selama beberapa hari. Terus kenapa sekarang aku bisa haha-hihi seperti biasa? Itu karena aku bisa lupa....kalau Ayahku udah nggak ada. Kalau aku tiba-tiba inget, aku pasti nangislah. Minggu kemarin aku lagi berdiri di trotoar mau nyebrang jalan, eh tiba-tiba banyak kendaraan iring-iringan jenazah. Ngelihat mobil sama motor yang berbendera kuning itu, mataku tiba-tiba basah. Bukan hanya inget di hari meninggalnya, tapi aku inget semua kenangan bersama beliau. Tapi aku nggak pernah lupa untuk selalu mendo'akan Orangtuaku, sebelum tidur. Setelah kepergian Ayahku, Do'aku bertambah khusus buat beliau.
Mestinya sih, aku nggak boleh sedih berlarut-larut kayak gini. Mungkin hanya waktu yang bisa membuat aku ngerti.
"Manusia memang dibekali dengan kenangan dan harus hidup bersama kenangan."