Ada pelajaran masih aku ingat dengan jelas.
Pelajaran pertama :
Pernah aku nonton serial drama korea “Princess hours”. Dalam cerita ini dikisahkan seorang putri yang punya hobi melukis. Suatu hari, Ibu Ratu yang sekaligus nenek sang putri ingin wajahnya dilukis oleh sang putri. Dengan senang hati si putri melukis sang nenek. Tidak beberapa lama kemudian, lukisan itupun jadi. Sang nenek tidak sabar ingin melihat hasilnya. Dengan wajah tersipu malu, sang nenek mengomentari lukisan dirinya.
“Putri, lukisan ini sangat bagus. Tapi orang yang kau lukis bukan diriku. Itu adalah aku dua puluh tahun yang lalu, wajahku terlalu cantik di lukisan ini.” kata sang nenek dengan sikap agak malu-malu, karena di lukisan itu wajahnya terlihat lebih muda sekali.
“Oh, maafkan aku Nek. Kalau begitu, biar aku perbaiki sebentar. Nenek duduk saja dulu.” kata sang putri gugup, kemudian dia mulai memperbaiki lukisannya.
Sesaat kemudian, sang putri mengatakan kalau dia sudah selesai memperbaiki lukisannya. Dia bilang kalau wajah sang nenek di lukisan itu sudah mirip dengan aslinya. Sang nenek menjadi tidak sabar untuk melihat hasilnya. Buru-buru saja dia membalikan papan penyangga dan melihat lukisan yang terpampang di hadapannya. Reaksi sang nenek berubah menjadi sebuah keterkejutan. Di lukisan itu tergambar dengan jelas wajahnya yang berkeriput di sana-sini.
“Oh, Putri. Apa wajah asliku seperti ini? Apa kau tidak terlalu banyak menambahkan garis di wajahku?” ujar sang nenek dengan suara pelan.
“Tadi...nenek bilang kalau aku harus melukis dengan benar. Inilah yang sedang aku lakukan....” kata sang putri agak takut karena melihat wajah sang nenek menjadi pucat.
“Ya, Tuhan. Ternyata aku sudah sangat tua, keriput di wajahku juga bertambah setiap harinya.” Sang nenek akhirnya pergi. Meninggalkan sang putri yang masih tertegun pada lukisannya.
Tidak ada yang salah dari lukisan itu. Awalnya sang putri memang tidak ingin menambahkan garis-garis di wajah karena ingin lukisan sang nenek terlihat cantik. Tapi ketika dia menambahkan detail garis di wajah, itu memang yang sebenarnya nampak dalam wajah sang nenek.
Pelajaran kedua :
Aku pernah baca novel. Saking jelasnya narasi di novel itu, aku jadi bisa ngebayangin adegan di dalamnya bener-bener kayak nonton film. Ada seorang gadis, namanya Lena. Dia lagi mengikuti kursus melukis. Gurunya minta dibuatkan sebuah lukisan, dan Gurunya itu jadi model lukis. Lena mulai melukis sang guru. Dia melukis dengan sangat indah. Dan ketika lukisannya udah jadi, Sang guru berkomentar singkat. Aku lupa sih komentarnya, mungkin seperti ini :
“Lena, lukisanmu bagus. Sangat bagus, tapi kamu tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaanmu.”
Awalnya Lena bingung. Kemudian dia nanya, apa yang kurang?
“Kursi roda.”
Ya, sang guru adalah orang penyandang cacat. Menurutnya Lena tidak mau melukis kursi rodanya karena takut gurunya itu tersinggung. Padahal menurut sang guru, kursi roda itu adalah bagian dari dirinya.
Jadi, Lena memperbaiki lukisannya. Agar terlihat sebagaimana mestinya :)
*
Zzzzzz. Rajin amat ya aku? Ngelukis nggak bisa….sok-sok berceramah tentang lukisan -_-
Heuheu….aku lagi bikin novel yang tokohnya suka melukis! Kan jadi harus punya perasaan bisa ngelukis gitu kan? Yakan? Yakaaannnnn. Hahaha <<< mulai stress T^T