Sebagai gantinya, aku mau ngetik ini aja deh.
***
Nggak boleh cengeng, harus kuat :)
Barusan ngetik sesuatu. Udah gitu diapus...ketik lagi....hapus lagi....dan akhirnya...nggak mau posting itu.
Sebagai gantinya, aku mau ngetik ini aja deh. *** Nggak boleh cengeng, harus kuat :) Barusan...aku ngebaca tanya jawab di yahoo.co.id
Temanya ini : "Better to lose a lover, than love a loser" menurut anda ? Ada beberapa penjawab yang kalimatnya bagus. Jadi di bawah ini cuma copy-paste aja ya, karena aku suka sudut pandang mereka. Sedikit aku edit supaya bahasanya lebih rapih dikit dan enak dibaca. Jawaban : 1.] Saat kita mencintai dengan pengorbanan, rasa cinta tersebut tidak akan pernah cukup. Karena kita akan selalu menuntut penebusan. Jika mampu mencintai dengan TULUS, tidak masalah sama sekali untuk mencintai seorang pecinta ulung ataupun pecundang. Toh semuanya dilandaskan kepada azas kerelaan. Jika siap dan mampu menjalin cinta dengan pecinta ulung, lakukanlah, jika tidak mampu tinggalkan saja...dan sebagai alternatif mungkin bisa mencari seorang pecundang yang membuatnya merasa LEBIH nyaman. 2.] Jangan bandingkan lover dengan loser, meski cuma beda 1 huruf tapi gak layak diperbandingkan dalam sebuah kalimat perbandingan 'lebih baik'. who wants to love a loser? nobody. who wants to lose a lover? nobody, unless he/she is a loser. Tapi klo mau maksa juga dibandingin yah wis lah..buat gw lebih mudah yang kedua, bukan yang pertama...jadi gw gak setuju dengan kalimat itu. Mencintai seorang pecundang (loser), subyeknya ada di gw, dan klo gw tau dia ternyata seorang Loser, justru lebih mudah buat gw menghapus dan melupakan cinta gw kepadanya. karena dia gak pantas dicintai...tapi kalo kehilangan kekasih (lover), subyeknya bisa jadi pada dia atau di faktor X which are beyond my control. apapun yang tidak berada di bawah kendali pikiran atau management perasaan gw sendiri itu gw anggap lebih sulit. meskipun tetap saja hati gw sendiri yg mampu menyembuhkan diri dari kehilangan tsb. so, for me it's simply better to lose a loser out of my life... :) 3.] Kalau ditanya lebih baik mana, jelas lebih baik love a loser. Sebenenrya sih masalahnya bukan di lose or not nya seseorang. Yang paling penting itu cinta. Lose a lover ? Gak ada yg menjamin dia bukan loser kan ? Love. Cinta. Itu adalah perasaan yang nyaman dan hangat serta peraasaan aman yang menjamin. Walaupun seorang 'Loser' atau apalah namanya, yang penting kamu mencintainya. Kehilangan 'cinta' itu memang sangat menyakitkan, daripada kehilangan lebih baik jatuh cinta kan ? So, love a loser is better than lose a lover, trust me. *** Kalau misalnya disuruh milih, aku mungkin akan memilih yang nomor dua. Alasannya? Karena A LOVER, belum tentu juga mencintai kita sepenuh hati. Jadi, kalau memang harus berpisah...mungkin bukan jodoh. Tapi emang, yang namanya kehilangan itu pasti nggak enak banget. Dan seorang LOSER mungkin aja mencintai kita sepenuh hati :) Terjadi lagi, hal yang sama. Aneh.
*** Tahun lalu, tepat sebulan sebelum hari ulang tahunku. Aku ngerasa kayak gini juga. Tiba-tiba jadi sedih, tiba-tiba merasa saat ini adalah saat terburuk dalam hidup yang pernah aku lewati. Aku inget banget waktu itu. Awal bulan maret aku masih ceria kayak biasanya. Seminggu kemudian, suasana makin aneh....aura kesedihan muncul gitu aja. Dan tepat sebulan sebelum hari ulang tahun, aku nyesek banget. Sama banget rasanya kayak gini. Padahal jauh-jauh hari aku udah ngerencanain buat jalan-jalan pas hari ulang tahun. Saking labilnya, status facebook sama twitter bener-bener kacau-galau. Makanya, untuk menghindari hal yang serupa terjadi, barusan aku non-aktifin facebook. Terus, udah beberapa hari ini...aku juga udah non-aktifin BBM. Aku butuh sendiri, aku butuh......ngembaliin perasaan aku kayak semula. Bukan karena aku benci sama orang terus mau sok-anti-sosial. Nggak ada orang yang lagi aku benci. Perasaan aneh ini, tiba-tiba muncul....aku juga nggak tahu...kenapa....dan karena apa. Hari ini aja aku (udah)hampir nangis beberapa kali. Padahal udah lama aku berhenti jadi orang yang hopeless atau cengeng. Aku lagi nggak mau peduli sama orang, jadi...mereka juga nggak usah peduli sama aku. Bukan, bukan karena aku khawatir masalah umur atau sejenisnya...atau hubungan sama orang...bukan. Ini murni ke-tidak-tahu-an. Tapi ajaibnya, sehari sebelum ulang tahun, tahun lalu...aku kembali ceria. Ceria yang sangat menyenangkan. Aku nggak akan lupa hari itu, karena nggak lama setelah hari ulang tahun....aku buat blog ini :) Jadi, sekarang aku bukan anak kecil lagi. Kalau mereka-mereka mau anggap aku orang aneh, silahkan. Aku tahu mana yang harus aku peduliin untuk saat ini. Aku yakin aku bisa melewati semua ini.... Because...there is sunshine after rain and I'm not alone, because Allah always besides me :) Perasaan hari ini adalah sedih....
Hujan lagi dan entah kenapa semakin muram.... Nulis ini aja, mataku berkaca-kaca, agak sedikit sesak juga di dada. perasaan kebas tentang sebuah kehilangan yang semu tapi terasa begitu dekat. *** Pernahkah? Kamu membayangkan, Seseorang yang kamu cintai pergi selamanya...meninggalkanmu sendirian, di dunia ini? Dunia yang sebelumnya hanya ada kamu dan tiba-tiba saja dia menghampiri dan mendampingimu? Namun suatu hari dia harus pergi dari dunia ini, lebih cepat....dan lebih cepat dari kamu? Sedih. Entahlah, aku nggak bisa mengatakan dalam kalimat yang paling sedih sekalipun. Kehilangan. Sesuatu yang tidak bisa ditemukan atau tidak akan pernah kembali lagi. Hingga suatu hari, kamu memasuki rumahnya dan seperti mencium aromanya, melihat barang-barangnya, mendengarkan musik kesukaannya dan menyentuh tiap kenangan bersamanya. Rasanya sedih dan sesak. Ingin berkata sesuatu tapi tenggorokan tercekat suatu rasa. Itulah yang aku rasakan sekarang. Semalam aku dengerin lagu, makna lagu itu memang beda. Tapi ada beberapa kalimat yang tepat. Dan dengan tiba-tiba membuat aku Speechless. *** Your House - By. Alanis morissette I went to your house Walked up the stairs I opened your door without ringing the bell I walked down the hall Into your room Where I could smell you And I shouldn't be here, without permission I shouldn't be here I noticed a letter that sat on your desk It said "Hello love, I love you so love, meet me at midnight" And no, it wasn't my writing I'd better go soon It wasn't my writing Tadi sekitar jam 1 siangan, aku nangis.
Sekarang hampir jam 5, dan mataku masih berkaca-kaca. Buruknya aku gitu, kalau sekalinya udah nangis...susah berhenti. Makanya, sejak bertahun-tahun yang lalu, aku berusaha keras untuk nggak sering nangis. Biasanya kalau habis nangis, satu atau dua jam ke depan, kepalaku langsung pusing. Dan besoknya hidung aku 'cacat'. Aku mendadak pilek. Kalau orang yang udah kenal deket sama aku, pasti tahu...gimana buruknya aku kalau lagi nangis. Jadi, ya gitu... nggak akan membiarkan aku nangis. Mereka lebih suka aku marah. Karena marah aku hanya sekejap, nanti perlahan reda dan hilang. Malahan lupa. *** Kenapa hari ini aku nangis? Suasana hati lagi nggak bagus. Aku perasaan tadi cuma cerita hal biasa. Tapi ada yang ngatain aku ALAY. Awalnya sih, ya aku anggap bercanda. Tapi kok setelah baca kalimat selanjutnya, hatiku sakit. Aku terus....nangis. Nggak bisa berhenti pula. Terus tiba-tiba Bos aku dateng, eh nggak tahu deh, dia ngelihat aku lagi ngelap airmata atau enggak. Tapi kayaknya sih lihat, soalnya dia nggak duduk di depan aku, jadinya ngebelakangan gitu. Aku bolak-balik ngambilin tissue, pengen ke kamar mandi...tapi gak berani karena lewat sambil nangis. Dan parahnya aku nangis dalam diam. Aku nahan suara sesegukan. Cuma tiba-tiba pilek doang yang bikin berisik. Bos aku masih nggak ngelihat ke arah aku.....dan airmata beneran nggak bisa berhenti. Aku mikirin apaan tau deh, sampe segitu parahnya nangis. Udah lamaaaaa bangettttt, aku nggak nangis kayak gini. Sekarang kepalaku pusing, dan mata masih berkaca-kaca. Masalahnya adalah.... # 1 Apa salah ya? Kalau aku cerita hal yang aku alami? Apa tingkah ALAY kayak gitu? Atau aku dikira Miss Drama queen? Atau suka mendramatisir keadaan? Atau aku dianggap suka mengada-ada atau melebih-lebihkan bahasa? Atau mereka bukan tipe orang yang suka menyimak hal-hal sepele? Aku jelas, nggak pernah merasa melebih-lebihkan bahasa, atau tingkah. Mungkin aku tipe orang yang suka bercerita segala hal. Bahkan...dulu kalau aku pulang ke rumah, habis pergi dari mana aja, aku pasti cerita sama adekku. Aku habis ngapain aja, dia menyimak. Oke, mungkin karena dia keluarga aku...tapi teman-teman dekatku juga menyimak kok. Sayangnya, sekarang keadaan di rumah udah nggak kayak dulu, jadi kalau aku pulang kerja ya nggak ada yang bisa aku ajak cerita. Biasanya aku cerita sama laptop. Itupun kalau ada yang mau aku ceritain. Kalau nggak ada, yaudah hari berlalu begitu aja. Terus, tingkah kayak gitu termasuk alaynisme ya? *** # 2 Facebook, Please.....ijinkan aku masuk T_T Aku butuh banget sama semua catatanku. Aku lagi proses memindahkan itu semua. Tapi kemarin malam, aku nggak bisa masuk lagi. Respon-nya ada yang masuk ke account aku lewat ponsel. Nah, apa itu berarti account aku di-hack? Aku udah coba semua saran dari change password, buka lewat email, buka dari PC lain, dan lain-lain. Tapi tetap nggak bisa login. Parahnya, kenapa facebook aku tiba-tiba nggak bisa di-akses pas banget waktu aku lagi nyari catatan tentang Rangga. Catatan itu mungkin sekitar dua tahun lalu, jadi aku harus bergerak mundur ke note-note yang lama. Tapi nggak ketemu, dan nggak ketemu dan nggak ketemu...dan malahan aku malah jadi ngebaca note-note yang lain. Oh, ya...ini bukan Rangga yang ada di AADC. Tapi Rangga Fauziah, one of my old...lovely...friend. Ada sesuatu yang dibilang ke aku, dan aku lupa. Tapi aku sempat nulis itu di note, tadi aku udah coba buka dari account temen. Tetap, Note tentang dia...nggak ketemu karena sepertinya aku udah merubah setting jadi "ONLY ME" Padahal waktu itu, aku inget banget...ada temen aku yang komen karena mereka bertanya-tanya tentang Rangga. Tapi tadi aku udah cari dan tetap nggak ketemu. *** Ah, yasudalah....aku udah nyerah sama facebook. Bulan kemarin aku emang pengen deactivate facebook, tapi nggak kayak gini juga caranya. Tapi mulai sekarang... aku harus lebih banyak belajar tentang kebaikan. Biar mereka berlalu dan menganggap aku tidak peduli. Karena aku udah terbiasa kok. Aku bisa jaga diri sendiri :) Dan.... Sekarang...... Aku ngantuk..... Capek gara-gara tadi nangis, mungkin. Bahwa rasa kangen ternyata bukan mengenai segala yang “pernah”. Rasa kangen bukanlah mengenai hal-hal yang pernah kamu cintai. Hal-hal yang pernah kamu sayangi. Hal-hal yang pernah kamu pedulikan. Ternyata rasa kangen juga menandakan segala yang “masih”. Bahwa kamu masih cinta. Masih sayang. Masih peduli.
Di sisi sebaliknya, rasa kangen juga memberikan tanda lain kepadamu. Ia menjelma isyarat. Bahwa mungkin, tanpa kamu sadari, sebenarnya kamu terlanjur “sudah”. Ya, ketika kamu kangen, mungkin itu tandanya kamu sudah cinta. Sudah sayang. Sudah peduli. Walau kamu masih saja bilang there’s-nothing-between-us, diam-diam kamu tahu. Bahwa di antara kamu dan dia, ada satu rasa itu. Yang tak pernah bisa membohongi hatimu. Rasa kangen. ( Hanny - Beradadisini ) Another day goes by, will never know just wonder why. You made me feel good, made me smile. I see it now, and I, can say it's gone. That would be a lie. Cannot control this, this thing called love. ( Lene Marlin - Another day ) *** I must let this feeling IN OR I must let this feeling END Aku,
Memang bukan umat yang taat seratus persen pada Agama. Tapi Aku, meyakini seratus persen agama yang aku yakini. Aku percaya Allah SWT pasti akan membantuku setiap aku mengalami kesusahan. Itu sudah aku yakini, bahkan sebelum aku yakin seratus persen pada keyakinanku. Secara perlahan, saat usiaku mulai mengalami masa transisi. Aku yakin, Allah SWT pasti akan selalu memberi jalan yang terbaik untukku. Itulah sebabnya, aku selalu bisa bersikap tenang, walaupun terhimpit masalah atau kejadian buruk lainnya. Tapi beberapa orang kadang menganggap aku "Expressionless". Mereka nggak tahu, seberapa keras aku berjuang untuk bersikap tenang. Aku memang terlihat tenang, tapi otakku berputar lebih cepat dari keadaan normal. Aku nggak mengalihkan masalah melalui tindakan yang berlebihan. Berteriak, menangis, Meronta-meronta...? Nggak, aku nggak pernah panik sampai bertingkah seperti itu. Oh, seinget aku sih....cuma pernah tiga kali bersikap histeris. Saat itu, otakku nggak bisa berpikir dengan baik, karena....someone hurt me so bad. Uhm, nggak someone sih, ada tiga orang. Pertama adalah Sahabatku. Aku berteriak dengan mata basah dan perasaan yang sesak. Dia sahabat yang paling aku percaya, tapi justru orang yang paling mudah untuk menusukku dari belakang. Dan akhirnya, aku sadar. Dia bukan sahabat. Dia hanya memanfaatkanku untuk mencari teman. Kami pun berpisah jalan. Kedua adalah Atasanku. Dia nggak ngerti atau mungkin nggak bisa membedakan masalah. Dia nggak bisa menilai masalah dari kedua sisi. Saat itulah, aku berani mengeluarkan semua kekesalanku. Aku berteriak di depannya, sambil nangis juga sih. Dia pun diam. Dan mungkin, menyadari 'Aku benar.' Ketiga adalah Ibuku. Aku meronta-ronta, berteriak sekencang-kencangnya. Aku bilang padanya "Percuma punya keluarga, karena nggak ada satupun orang yang peduli dan sayang sama gue." Aku menangis. Ibuku pun menangis. Dia kemudian memelukku dan bilang, Dia sayang banget sama aku. Dia selalu dan selalu peduli sama aku. Yang perlu aku lalukan hanya mengatakan padanya, meminta padanya jika kasih sayangnya kurang dari yang aku butuhkan. Dia sayang banget sama aku, tapi aku selalu merasa kurang perhatian. *** Well, aku nangis nih. Sial. Tadinya sih, catatan ini...cuma mau bilang. Aku kayaknya sudah mendapat hidayah. Kenapa? Karena beberapa bulan belakangan ini, aku selalu bangun setiap adzan subuh berkumandang. Dan seperti hari ini, aku selalu percaya dengan kalimat "I believe in miracles." Karena apa? Karena itu sering terjadi padaku. Keajaiban yang disampaikan oleh Allah SWT dalam berbagai cara dan bentuk. Yang perlu aku lakukan hanyalah. Percaya dan berusaha. Malam ini hujan deras sekali...
Aku mengigil saking dinginnya. Di tengah jalan, aku bimbang. Apa aku harus berteduh, atau menerobos derasnya hujan. Lagipula, cuaca dingin malam ini tidak sedingin hatiku. Akhirnya, aku bersiap untuk menerobos hujan. Aku merapatkan sweater-ku dan kupasangi kedua telingaku dengan earphone yang terhubung pada ipod. Aku menatap langit malam, gelap sekali dan terlihat suram oleh guyuran hujan. Kakiku mulai melangkah ke tepi jalan yang hujan, basah sedetik kemudian. Tidak ada payung yang menaungiku, aku berjalan dan memeluk tubuhku dengan kedua tangan yang mulai basah oleh derai hujan. Ini adalah malam yang tidak akan pernah aku lupa seumur hidupku. Seminggu yang lalu, aku melewati hari-hari yang menyedihkan. Airmataku sepertinya tidak ingin mengendap di kantung mata. Sebutir demi sebutir, menetes setiap harinya. Aku tidak akan menghapus tetesan airmata itu. Tapi aku pengecut. Aku hanya berani menangis jika aku sedang sendirian. Tidak. Tidak malam ini. Aku dan semua perasaan piluku, akan menerobos dalam derasnya tumpahan hujan. Akan kukeluarkan semua airmata kesedihan ini, aku akan menangis sekencang mungkin. Di tengah jalan menuju rumahku, di tengah ramainya jalan yang kulewati. Beberapa orang mulai meneriakiku, yang berjalan dengan tubuh basah kuyup oleh hujan. Ah, aku tidak peduli. Toh, mereka hanya menganggapku basah oleh hujan. Mereka tidak tahu, aku sedang menangis tersedu. Melepas semua perasaan sesak karena selama ini aku menangis tanpa suara. Suaraku bias oleh derai hujan, wajahku semu oleh siraman air. Aku membisu di mata mereka, tapi aku berteriak pada diriku. Benar saja, semua perasaan pilu itu seperti luluh karena derai kesedihanku terhapus oleh hujan. Aku mengucap janji pada diriku sendiri. Setelah malam ini, aku tidak akan menangis untuk sesuatu yang menyakiti diriku. Aku harus tegar. Aku harus lebih bahagia dari hari ini, kemarin, kemarin lusa, seminggu lalu, sebulan lalu dan seterusnya. Janjiku pun terlaksana. Tapi tidak bertahan lama. *** Setahun setelah malam itu, malam di mana aku berjanji tidak akan menangis untuk sesuatu yang menyakitiku. Pertahananku kembali runtuh. Masalah keluarga membuat aku terjatuh ke dalam luka yang sama. Aku menangis lagi. Rasanya hambar. Aku hanya menangis sebisa yang aku bisa. Aku hampir lupa bagaimana caranya menangis. Aku ingin pergi jauh. Pergi sejauh kakiku sanggup bertahan untuk menapaki jalan tak berujung. Baru saja melangkah selama beberapa saat, sesuatu meneriakiku dari belakang. Itu adalah kenangan. Mengingatkanku untuk waktu yang telah aku habiskan bersama mereka. Tidak, aku tidak bisa pergi. Aku mungkin akan berpindah tempat suatu hari nanti. Tapi aku tidak akan pergi begitu saja. Aku akan pamit dan mengatakan aku sayang pada mereka. Keluargaku. *** Ditulis untuk semua hari hujan yang telah berlalu. Aku tidak takut hujan. Aku tidak benci hujan. Aku hanya merasa tidak nyaman saat hari hujan. Kenapa tidak nyaman? Karena sepertinya aku kebanyakan nonton film hollywood T__T. Ada adegan sewaktu hujan badai. Sekeluarga bersembunyi di ruang anti badai, ruang bawah tanah gitu deh. Kalau anginnya kencang banget, atap rumah mereka sampai terbawa angin. Serem kan? Belum lagi kalau pohon-pohon tumbang atau ikut terbang dan menghantam apa aja yang ada di depannya. Padahal dulu hujan gak separah belakangan ini. Dulu waktu aku masih SD, musim hujan selalu terasa nyaman dan sehabis hujan reda, pasti ada pelangi. Sekarang, sehabis hujan reda, pasti ada banjir. Parah, kondisi bumi sudah semakin rapuh. Tapi kesadaran manusia, sangat kurang dari rasa peduli. Loh? Kenapa alur blog ini jadi berubah haluan. Hahaha.... Aku labil beberapa hari ini. Aku terlalu banyak bicara, padahal seharusnya diam dan berpikir. Aku maksain diri untuk selalu tersenyum dan berbicara, karena diam selama beberapa detik aja bisa membuatku mengingat sesuatu yang aneh. Aku sebut aneh, karena aku nggak tahu apa itu. Tapi aku tahu, ada sesuatu yang salah, ada sesuatu yang hilang walaupun sebenarnya aku nggak memiliki sesuatu itu. Sesuatu yang entah bagaimana, menjadi semu dalam sekejap. Sebuah tempat yang tadinya terang benderang menjadi gelap gulita dalam hitungan detik. Aku mungkin pandai menyembunyikan sesuatu, tapi aku nggak pandai berpura-pura. Semakin aku bersikap bias, semakin jelas rupa perasaanku. Dan ketika aku memulai mengetik judul catatan ini, semuanya menjadi semakin bias. Pagi ini, aku seperti terkungkung embun yang sangat dingin, perasaanku sesak dan tiba-tiba saja ingin menangis. Padahal aku masih bertanya-tanya....Ada apa? Kenapa? Tidak mengerti bukan berarti tidak mencoba untuk mencari tahu agar mengerti. Aku tahu, ah....salah, sebenarnya aku tidak pernah tahu dan tidak pernah mengerti. Aku hanya menerima dan merasakannya, mengingatnya dan suatu saat akan hilang dengan sendirinya. Waktu, hanya waktulah yang akan membuatku mengerti. Aku sudah pernah melewati hal seperti ini, jadi aku bisa karena aku sudah terbiasa. Oh ya, tentu saja aku akan dianggap aneh. Seperti kebanyakan orang yang tidak pernah mengerti tentang diriku. Dan sebenarnya ini bukan tentang sesuatu, tapi seseorang. Morning - 24012012 @Bedroom **** Now I'm standing alone in a crowded room And we're not speaking And I'm dying to know Is it killing you like it's killing me, yeah And I don't know what to say since a twist of fate When it all broke down And the story of us Looks a lot like a tragedy now (taylor swift) Aku lahir di bulan April, Dia lahir di bulan oktober. #1 Kami, selalu terlihat sama tapi sebenarnya sangat bersimpangan. Dia mencoba terlihat seperti aku, atau terkadang berusaha untuk menjadi aku. Dia takkan pernah mengerti, bagaimana susahnya menjadi aku. Saat jarak semakin renggang, kenangan merekatkan kami kembali. Kami menjadi suatu bentuk yang tak bersisi. Namun pada akhirnya, waktu kembali membelah jembatan diantara kami.(A) #2 Kami adalah teman masa kecil. Dulu kami tidak suka saling menyapa. Ketika pada akhirnya kami dipertemukan kembali oleh waktu, rasa itupun berubah. Tapi rasa kami berbeda. Seperti garam yang memberi rasa asin dan Gula yang memberi rasa manis. Seperti benci yang memberi kekuatan dan seperti cinta yang memberi rasa sakit. Kami tidak akan pernah adil.(Y) #3 Saat aku berlari, kemudian terjatuh. Dia yang membantuku berdiri. Saat masalah menerjangku, dia menyuruhku untuk menepi dan menemaniku yang terkulai lemah. Ketika aku lelah dan merasa terbuang, dia tidak meringis atau menghinaku seperti kebanyakan orang. Karena dia adalah sahabatku. Karena dia adalah kotak rahasiaku. Tapi karena itulah, dia berhasil menusukku dari belakang. Sakitku tidak separah saat aku terjatuh karena orang lain. Sakitku bahkan terlihat abstrak. Dia pergi begitu saja dan tak pernah kembali.(R) *** I wrote this note...just because there is a song who can describe relations about me and my old friends. October And April The Rasmus feat Anette Olzon She was like April sky Sunrise in her eyes Child of light, shining star Fire in her heart Brightest day, melting (snow) Breaking through the chill October and april He was like frozen sky In October night Darkest cloud in the storm Raining from his heart? Coldest snow, deepest chill? Tearing down his will? October and April Like hate and love World's apart This fatal love was like poison right from the start Like light and Dark World's apart This fatal love was like poison right from the start We were like loaded guns Sacrificed our lives We were like love and undone? Craving to entwine Fatal torch Final thrill Love was bound to Kill October and april Hate and love World's apart Light and Dark World's apart This fatal love was like poison right from the start October and april October and april October and april |
Authorhttp://about.me/meibee Archives
May 2016
Categories
All
|